Bank Sentral Amerika Diprediksi Pangkas Suku Bunga September, Rupiah Ditutup Menguat|
Tanggal: 31 Jul 2024 11:53 wib.
Rupiah mengakhiri perdagangan dengan menguat ke level 16.281 per dolar Amerika Serikat pada Senin, 29 Juli 2024. Angka ini menunjukkan penurunan dari level 16.304 per dolar pada penutupan Jumat 26 Juli 2024. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan mengalami fluktuasi pada pekan depan, namun cenderung mengalami pelemahan.
Selain di pasar spot, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia juga menunjukkan penguatan rupiah pada hari Senin. Nilai tukar berada di level 16.286 per dolar pada 29 Juli 2024, mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen dari akhir pekan sebelumnya, yakni 16.294 per dolar AS.
Ibrahim menyatakan bahwa dolar melemah pada hari Senin tersebut. Spekulasi mengenai pemotongan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve pun mencuat. Menurut CME Fedwatch, para pedagang hampir sepenuhnya memperkirakan adanya pemangkasan sebesar 25 basis poin pada bulan September. Hal ini berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan mata uang.
Selain faktor internal, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kekhawatiran akan melambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok setelah menyusul serangkaian pembacaan ekonomi yang lemah sepanjang bulan Juli. Kekhawatiran tersebut memicu aksi jual yang berkepanjangan di pasar Tiongkok, turut mempengaruhi pasar regional.
Lebih lanjut, ketidakpastian politik AS juga memberikan tekanan terhadap pasar Cina, terutama karena investor tidak yakin tentang bagaimana pemerintah Amerika akan memperlakukan Beijing pasca pemilihan presiden. Ketidakpastian tersebut memperkuat sentimen negatif di pasar keuangan global, yang turut mempengaruhi pergerakan mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.
Selain faktor eksternal, faktor internal juga menjadi pertimbangan utama dalam analisis pergerakan rupiah. Ibrahim memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2024 diperkirakan akan stabil di level 5,1 persen. Meskipun angka tersebut menunjukkan keberlanjutan pertumbuhan, namun terdapat faktor-faktor internal yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, seperti memudarnya dampak belanja pemilu dan masih belum pulihnya daya beli masyarakat.
Konsumsi rumah tangga juga masih tumbuh di bawah rata-rata periode sebelum COVID-19, menandakan adanya ketidakpastian dalam pemulihan ekonomi domestik. Penurunan momentum pendorong perekonomian di paruh terakhir tahun 2024 dikarenakan lambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor formal, yang berpotensi mengurangi peningkatan konsumsi pada semester kedua.
Di sisi lain, World Bank mempertahankan perkiraan inflasi rata-rata tahun 2024 sebesar 2,9 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Meskipun rupiah mengalami fluktuasi, inflasi rata-rata pada semester awal 2024 sebesar 2,8 persen yoy, menunjukkan adanya stabilitas dalam tekanan inflasi.
Meskipun rupiah mengalami penguatan pada penutupan perdagangan saat ini, namun untuk perdagangan minggu depan, mata uang rupiah diprediksi akan mengalami fluktuasi namun cenderung ditutup melemah dalam rentang Rp 16.270 - 16.340 per dolar AS. Analisis ini didasarkan pada berbagai faktor, termasuk kondisi eksternal dan internal yang terus mempengaruhi pergerakan mata uang. Kondisi pasar keuangan global yang penuh ketidakpastian turut memberikan tekanan pada pergerakan rupiah, sehingga perlu tetap memantau data dan informasi terkini terkait kondisi ekonomi global dan domestik.